[Snack-Id]: Saat menyantap mie ayam, kadang kita menemukan sebentuk tekstur yang kurang familiar bagi kita, tercampur di cacahan daging.Teksturnya terlihat menonjol dan berbeda dari daging yang ditambahkan di atas mie ayam sebagaimana biasa. Bukan daging ayam. Rasanya bukan pula seperti daging sapi. Jamurkah? Atau apa?
Di tengah kondisi masyarakat yang "cuek bebek" dengan orang lain dan lebih mementingkan keuntungan sesaat semata, bukan sebuah hal mustahil jika pedagang menyiasati mahalnya harga-harga dengan menambah atau mencampurkan dagangannya dengan bahan-bahan berkualitas rendah atau bahan pengganti lainnya yang dapat merugikan kesehatan, bahkan dilarang untuk dikonsumsi dan membuat kita jijik.
Nah, kembali ke soal campuran daging mie ayam tadi, sempat beredar isu bahwa yang digunakan para pedagang itu adalah daging maaf, tikus atau kucing, yang memang banyak di sekitar kita. Kecurigaan itu bertambah manakala melihat campuran daging itu mempunyai tekstur yang agak aneh dan berbeda dengan yang lainnya.
Hasil ekstraksi itu kemudian diendapkan, dan dengan bantuan alat putar berkecepatan tinggi, larutan berupa krim kedelai dipisahkan dari cairan whey (hasil olahan produk susu) kedelai. Krim itu dinetralkan dengan alkali dan kemudian melalui proses pengeringan untuk menghasilkan soya protein.
Mengandung 70% protein, lemak yang terkandung dalam soya protein juga merupakan lemak tak jenuh yang dapat menurunkan kadar kolesterol jahat, sehingga baik untuk jantung. Di samping susunan asam amino yang terkandung dalam kacang kedelai lebih banyak, dan berguna bagi pertumbuhan sel-sel tubuh.
courtesy andre-tg.blogspot.com. Proteina, salah satu produsen soy protein di Indonesia |
Soya protein banyak digunakan secara luas, di antaranya sebagai campuran daging burger agar terlihat lebih besar. Selain itu, produk olahan kedelai itu juga dikonsumsi oleh orang yang berdiet tidak makan daging alias vegetarian. Penjual mie ayam pun banyak yang menggunakannya sebagai campuran daging. Maklum saja, harga soya protein memang cukup murah, yaitu berkisar Rp10.000 - Rp15.000 per kemasan berukuran 250 gram.
Namun ada kekuatiran dari sebagian kalangan akan dampak kesehatan yang ditimbulkan oleh produk ini, sebagai akibat proses pengolahan soya protein yang tidak sederhana dan menggunakan bahan-bahan yang justru dapat mengeluarkan racun yang ada pada kedelai, meskipun belum dapat diuji kebenarannya. (dari berbagai sumber)
Sumbernya mana dari kekuatiran penggunaan protein soya? Apa ada jurnalnya?
BalasHapus